Tuesday, July 13, 2010

Kontroversi Seputar Susu

Kebanyakan orang ( yang belum tau ),setuju jika susu menjadi salah satu bahan kecantikan yang paling digemari. Susu berfungsi membersihkan dan melembapkan kulit, tetapi apakah susu benar-benar pilihan kecantikan yang sehat? Studi terbaru menjawab pertanyaan tersebut.

Studi tentang susu telah menunjukkan bahwa konsumsi susu memiliki berbagai efek negatif terhadap konsumen, terutama bagi pemilik kulit gelap. Kebanyakan, susu yang dijual dipasaran tidak diproduksi dengan cara yang sama seperti susu yang diperoleh secara alami dari peternakan. Sapi penghasil susu saat ini adalah sapi yang jarang makan, sakit, atau bunting di mana hormonnya sedang tidak bagus. Hormon ini kemudian masuk ke dalam susu dan memberi efek buruk bagi peminum susu. Demikian seperti okezone kutip dari Carefair.

Progesteron yang terdapat dalam susu sapi betina bunting terurai menjadi androgen. Androgen adalah hormon steroid yang mengendalikan sifat maskulin dan karakteristik setiap hewan bertulang belakang. Androgen yang paling sering dibahas adalah testosteron.

Beberapa dokter berpikir bahwa perkembangan jerawat yang dialami remaja dapat dikaitkan dengan konsumsi susu yang memiliki kandungan ekstraandrogen. Ketika anak laki-laki memasuki masa puber, misalnya, hormon testosteron bertambah akibat mengonsumsi beberapa gelas susu setiap hari. Kebiasaan ini yang menyebabkan kulit mengalami permasalahan cukup serius.

Selain itu, banyak orang alergi susu, dan manifestasi reaksi ini terlihat pada kulit, seperti dermatitis atopik pada bayi. Dermatitis atopik merupakan peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal. Sementara orang dewasa mengalami lactose intolerant, yakni reaksi alergi susu yang dapat berwujud jerawat.
Apa yang Anda konsumsi tentunya akan memengaruhi seluruh tubuh, dan kulit merupakan organ terbesar. Jika Anda harus minum susu, cobalah mengonsumsi susu sapi yang diberi makan produk alami dan yang diizinkan untuk berkeliaran bebas. Sapi yang dikurung dalam kandang terbatas kerap mengalami stres. Beberapa dokter berasumsi, hormon stres yang dilepaskan sapi ikut berpindah ke dalam susu dan dapat memicu hormon stres peminum susu. Untuk itu, jika mungkin minumlah susu organik atau yoghurt buatan sendiri yang terbukti bermanfaat untuk kulit.


Sejak jaman dulu ketika susu mulai dipercaya perlu dikonsumsi untuk
kesehatan tulang hingga jaman sekarang, produk-produk susu sapi dan dairy produk lainnya laris manis di pasaran. Apalagi bagi anak-anak, remaja, ibu hamil dan menyusui serta manula yang nyata-nyata memang memerlukan asupan tinggi kalsium. Bagi mereka, minum susu sudah seperti kewajiban.


Namun baru – baru ini, tersiar kabar bahwa alih-alih dapat menguatkan tulang, susu malah bisa menyebabkan osteoporosis! Bahkan Prof. Dr. Hiromi Sinya, seorang ahli bedah yang bekerja di Beth Israel Medical Center New York, dalam bukunya yang menghebohkan, The Miracle of Enzyme, mengungkapkan fakta mencengangkan bahwa susu sapi adalah minuman paling buruk untuk manusia. Susu sapi yang dulu merupakan sahabat manusia kini malah ditengarai sebagai biang kerok berbagai penyakit. Apakah benar demikian? Bagaimana para ahli menyikapi persoalan ini? Dan apa pula yang harus kita lakukan sebagai konsumen?

Rupanya sejak bertahun-tahun lalu memang telah terjadi pro dan kontra di antara para ahli mengenai manfaat susu sapi. Pro dan kontra ini terjadi bukan tanpa alasan. Beberapa penelitian ilmiah tentang manfaat susu hasilnya masih campur aduk. Kubu prosusu menyajikan data - data penelitian yang mendukung manfaat minum susu. Sementara kubu kontrasusu pun memberikan data-data penelitian yang memaparkan bahayanya mengonsumsi susu sapi. Sangat membingungkan bukan?


Kontra susu


Salah satu penelitian yang mendukung para ahli untuk memikirkan ulang tentang manfaat susu adalah penelitian yang dilakukan oleh Harvard’s Nurses’s Health Study terhadap 78.000 wanita selama 12 tahun. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wanita yang meminum susu lebih dari satu gelas sehari malah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengalami patah tulang akibat osteoporosis.

Penelitian lain menunjukkan, makin tinggi konsumsi susu dan dairy product di suatu negara, ternyata makin tinggi pula kejadian osteoporosisnya. Amerika Serikat, negara-negara Skandinavia, dan Finlandia adalah pengguna susu dan dairy product tertinggi di dunia, dan ternyata angka kejadian osteoporosis di sana pun tertinggi di dunia. Sementara di negara-negara yang konsumsi susu dan dairy product-nya rendah seperti Afrika Selatan atau Asia ( Negara – Negara berkembang ), angka kejadian osteoporosisnya malah tidak banyak.

Data tersebut baru mengaitkan susu dengan osteoporosis, belum lagi dengan masalah lain. Sekumpulan dokter dan pengacara yang tergabung dalam Physicians Committee for Responsible Medicines ( PCRM ) di Amerika, dalam situs webnya bahkan meminta orang tua untuk merenung ulang bila masih berpikir bahwa anak-anak butuh susu untuk pertumbuhan tulang yang kuat. Menurut PCRM, sebuah studi komprehensif yang diterbitkan pada tahun 2005 dalam Pediatrics memperlihatkan bahwa penambahan ekstrakalsium, baik dari susu maupun dari sumber lain ternyata tidak menimbulkan perbedaan pada densitas tulang anak-anak atau remaja. Selain itu, data-data membuktikan konsumsi susu ataupun dairy product lainnya malah berkontribusi terhadap terjadinya kegemukan, infeksi telinga, konstipasi, gangguan pernapasan, penyakit jantung, dan beberapa kanker.





Pro susu


Sementara itu menurut para ahli yang prosusu, penelitian sejak puluhan tahun lalu telah membuktikan bahwa cara terbaik untuk mencegah patah tulang karena osteoporosis adalah dengan meminum susu sejak kecil.Karena meneurut mereka,susu adalah sumber utama kalsium yang juga kaya akan nutrisi penguat tulang lain seperti vitamin D, protein, potasium, dan fosfor. "Ada lebih dari tiga ratus penelitian yang sudah dilakukan untuk melihat hubungan antara konsumsi dairy product ( termasuk susu ) terhadap kondisi tulang. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut kebanyakan memperlihatkan bahwa asupan tinggi dairy product dan tinggi kalsium akan melindungi dan menguatkan tulang," kata dokter Robert Heaney, pakar biologi tulang dan kalsium dari Creighton University Omaha, Nebraska.

Salah satu contoh penelitian tersebut dilaporkan dalam Journal of the American Dietetic Association tahun 2004. Jurnal ini mengatakan bahwa anak-anak usia 3 - 13 tahun yang menolak minum susu mengalami patah tulang lebih sering daripada teman sebayanya yang minum susu. Contoh penelitian lain adalah laporan dari Journal of Nutrition tahun 2006. Penelitian ini menyimpulkan, asupan kalsium secara teratur pada gadis-gadis remaja, terutama dari susu, akan meningkatkan massa tulang dan tercapainya kepadatan maksimum pada tulang yang merupakan faktor penting dalam menentukan risiko osteoporosis dimasa tua.


Lalu apa yang harus kita lakukan?


Yang jelas, meskipun di antara para pakar masih terjadi perdebatan, mereka tetap sepakat bahwa kalsium memang sangat dibutuhkan untuk melindungi dan memperkuat tulang, serta mencegah osteoporosis. Permasalahannya adalah, apakah benar susu masih bisa dijadikan sumber utama kalsium? Para ahli yang prosusu sebetulnya sudah sepakat bahwa mengonsumsi susu, asalkan tidak berlebihan, tidak berbahaya. Akan tetapi, kubu kontrasusu tetap saja menyatakan bahwa susu tidak baik bagi kesehatan. Untuk menjembatani hal ini, Harvard School of Public Health ( HSPH ) dalam salah satu uraian di situswebnya memberikan solusi yang cukup bijak.

Menurut HSPH, bagi peminum susu, kuncinya adalah tidak berlebihan dalam minum susu karena belakangan ini tidak ada penelitian yang mendukung manfaat susu bila susu diminum lebih dari satu gelas sehari. Minum susu lebih dari segelas sehari tidak dapat mengurangi risiko terjadinya patah tulang akibat osteoporosis. Selain itu, minum susu berlebihan meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat dan ovarium. Akan tetapi sebetulnya, minum susu asalkan tidak berlebihan mempunyai dampak positif. Salah satunya, susu bisa menurunkan terjadinya risiko kanker usus besar dan menurunkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.

Sementara bagi mereka yang tidak bisa mengonsumsi susu karena alergi misalnya, ataupun memang karena antisusu, HSPH menganjurkan asupan kalsium dari bahan-bahan makanan yang banyak mengandung kalsium seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan buah-buahan.

Namun, bagaimana dengan anak-anak dan remaja yang butuh asupan tinggi kalsium? Sebetulnya pilihan bergantung pada orang tua. American Academy of Pediatrics (AAP ) menyatakan bahwa selain rasanya enak, susu mengandung nutrisi penting lain yang dibutuhkan anak. Minum susu juga praktis bagi anak-anak. Keuntungan susu ini belum tergantikan oleh sumber makanan lain. Oleh karena itu, AAP merekomendasikan konsumsi susu rendah lemak untuk anak di atas dua tahun bagi mereka yang tidak punya masalah dengan susu. Mengonsumsi kalsium dari bahan makanan lain tanpa susu tentu saja memungkinkan. Namun diperlukan kerja ekstra orang tua untuk merencanakan dan memonitor asupan makanan tinggi kalsium dalam jumlah besar. Apalagi umumnya jenis makanan tinggi kalsium lain belum tentu disukai oleh anak-anak. Akan tetapi sekali lagi, tetap " berteman" dengan susu atau menjadikannya " lawan", pilihan ada pada masing-masing. Yang jelas, untuk mencegah osteoporosis kita butuh asupan kalsium, olah raga, serta variasi sayur-sayuran dan buah-buahan yang cukup.


Dari : Berbagai sumber.

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons